Gunung Api Meletus




GUNUNG API MELETUS


Definisi Gunung Meletus

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gunung meletus adalah aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.

Sedangkan menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi dari dalam bumi seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas, lahar dingin, magma, dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya bisa diprediksi waktunya sehinggi korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.

Jadi, dapat kita artikan bahwa gunung meletus adalah sebuah bencana alam di mana aktivitas gunung yang mengeluarkan materi-materi seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas, lahar dingin, magma, dan yang lainnya. Gunung meletus juga dikenal dengan istilah "erupsi".


Jenis dan Karakteristik Gunung Api

Kerucut (Strato)


Gunung api strato berbentuk runcing. Bentuk gunung api ini terjadi akibat adanya tumpukan berlapis bahan–bahan piroklastika yang dikeluarkan ketika erupsi magma. Gunung api ini berbentuk seperti kerucut. Puncak gunung api ini semakin lama semakin tinggi karena endapan erupsi lava dan bahan piroklastik dari kawah gunung. Jenis gunung api strato mengalami letusan yang berkali-kali dengan dapur magma yang dalam dan viskositas serta kekentalan magma tinggi. Contohnya adalah Gunung Merapi dan Gunung Tangkuban Perahu.

Gunung api tipe strato ini memiliki letusan aliran lova kental tephra dan aliran piroklostik yang disebut stratovolcano. Biasanyo lava ini terbentuk dalam jangka waktu puluhan hingga ratusan ribu tahun, gunung api strato dapat meletuskan berbagai jenis magma termasuk bosal, andesit, dasit, dan riolit. 

Semuanya, kecuali basal biasanya menghasilkan letusan yang sangat eksplosif. Sebuah stratovolcano biasanya terdiri dari banyok ventilasi terpisch. Beberapa di antaranya mungkin telah meletuskan kerucut dan kubah cinder di sisi gunung berapi. Sinonimnya adalah gunung berapi komposit.

Kaldera (Caldera)

Gunung api kaldera merupakan gunung yang berbentuk bulat yang membentang rendah di tanah. Kawasan gunung ini terbentuk pada tanah saat tanah amblas akibat letusan eksplosif. Bentuk morfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera adalah fitur vulkanik yang terbentuk dari jatuhnya tanah setelah letusan vulkanik. Contohnya adalah Gunung Toba Purba, Gunung Bromo Purba, Gunung Tambora, Gunung Raung, Gunung Ijen, dan Gunung Papandayan.
Gunung tipe ini memiliki 4 jenis menurut akibat letusannya, antara lain:
  1. Kaldera Letusan, terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya
  2. Kaldera Runtuhan, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunung api karena pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma
  3. Kaldera Resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunung api diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah
  4. Kaldera Erosi, terjadi akibat erosi terus menerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera
Gunung api ini memiliki cekungan besar yang terbentuk ketika gunung berapi meletus dan runtuh. Selama letusan gunung berapi, magma yang ada di ruang magma di bawah gunung berapi dikeluarkan, seringkali dengan paksa. Ketika ruang magma kosong, dukungan yang diberikan magma di dalam ruang tersebut menghilang. Akibatnya, sisi dan puncak gunung berapi tersebut runtuh ke dalam. Beberapa kaldera membentuk danau karena cekungan berbentuk mangkuk terisi air.

Mar (Maar)


Gunung api maar terjadi karena letusan gunung berapi hanya terjadi satu kali. Akibat letusan tersebut, sebuah lubang berbentuk corong besar yang dikelilingi tebing berombak jika terjadi erupsi. Jika dasar dan dinding maar tidak bisa ditembus oleh air, maka membentuk danau yang disebut danau maar. Contohnya adalah Gunung Lamongan dan Pegunungan Eifel.

Gunung api maar adalah gunung api yang memiliki kawah di bagian puncaknya. Kata maar sendiri berarti danau tektonik yang terjal. Danau ini terbentuk karena sifat erupsi yang eksplosif atau letusan yang kuat. Bahan-bahan yang keluar dari letusan tersebut berupa material padat atau eflata.

Kubah (Dome)


Gunung api kubah terbuat dari lava kental mengandung asam. Lava ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung dan lava yang mengeras pada kawah ini dapat menutup lubang pada dinding gunung. Lava ini dapat mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung. Gunung api kubah umumnya memiliki sisi yang curam dan bentuk cembung. Contohnya adalah Gunung Peele dan Puncak Lassen.

Dalam vulkanologi, lava kubah kira-kira melingkari gundukan dan berbentuk tonjolan yang dihasilkan dari lambat ekstrusi. Geokimia dari kubah lava dapat bervariasi dari basal ke riolit meskipun sebagian diawetkan oleh kubah. Karakteristik bentuk kubah dikaitkan dengan viskositas tinggi yang mencegah lava mengalir sangat jauh. Sejak kental basaltik dan andesitik kubah cuaca cepat dan mudah pecah dengan masukan lebih lanjut dari cairan lava, sebagian besar diawetkan kubah memiliki kandungan silika yang tinggi dan terdiri dari riolit atau dacite.

Perisai (Shield)


Gunung api tipe perisai terjadi karena adanya aliran lava basal bersifat tipis dan basah. Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi dan curam. Bentuknya akan berlereng landai dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contohnya adalaGunung Mauna Loa, Gunung Fernandina, Gunung Karthala, Gunung Erta Ale, dan Gunung Tolbachik.


source:

Persebaran Gunung Api

Data yang dikeluarkan PVMBG terdapat 129 gunung berapi yang tersebar di Indonesia. Jumlah sebaran gunung berapi di Indonesia yaitu:

  1. Terdapat 31 gunung berapi di Sumatera
  2. Terdapat 35 gunung berapi di Jawa
  3. Terdapat 2 gunung berapi di Bali
  4. Terdapat 1 gunung berapi di Bali
  5. Terdapat 2 gunung berapi Sumbawa
  6. Terdapat 24 gunung berapi Flores
  7. Terdapat 9 gunung berapi di Laut Banda
  8. Terdapat 13 gunung berapi di Sulawesi
  9. Terdapat 5 gunung berapi di Kepulauan Sangihe
  10. Terdapat 7 gunung berapi di Halmahera

Dalam kesehariannya gunung berapi selalu dipantau dengan tingkat kegiatannya, terdapat 4 level kategori dalam mengklasifikasi kegiatan gunung berapi, yaitu:

  • Aktif Normal (Level I) : kegiatan gunung berapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan.
  • Waspada (Level II)  : terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.
  • Siaga (Level III) : peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan
  • Awas (level IV) : menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.


Berdasarkan laporan kebencanaan geologi tanggal 18 Desember 2020, Saat ini gunung berapi dengan tingkat aktivitas level III (Siaga) adalah Gunung berapi Ili Lewotolok (Lembata, Nusa Tenggara Timur), Gunung berapi Merapi (Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah), Gunung berapi Sinabung (Sumatera Utara), Gunung berapi Karangetang (Sulawesi Utara).

Sebaiknya daerah dengan sebaran gunung berapi ini telah memiliki mitigasi bencana terkait erupsi gunung berapi. Masyarakat pun harus terus diedukasi terkait penyelamatan diri saat terjadi erupsi dan titik-titik yang menjadi titik evakuasi. Pada saat letusan terjadi pastikan sudah berada di tempat pengungsian atau daerah lain yang aman dari dampak erupsi, tetap menggunakan masker dan kacamata pelindung, selalu memperhatikan arahan pihak berwenang, bila melakukan evakuasi usahakan tidak melintasi sungai yang berhulu pada gunung berapi yang erupsi karena dikhawatirkan awan panas dan lahar akan mengalir melalui alur sungai tersebut.


source:

Risiko Bencana

Dampak Negatif

  • Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau Particulate Matter).
  •  Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.

Dampak Positif


  • Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk mendapat pasir di pinggiran aliran lahar dingin.
  • Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan tanah, namun dampak ini hanya dirasakan oleh  penduduk sekitar gunung.
  • Bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan sebagai bahan  material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan lain-lain.

Siklus Manajemen Bencana

Prabencana (Sebelum Bencana)

A. Pencegahan

Pencegahan adalah kegiatan sebagai upaya menghilangkan atau mengurangi ancaman bencana.

Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya gunung api:

  • Pemantauan dan pengamatan pada saat gunung api aktif
  • Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana dan peta zona risiko bahaya gunung api
  • Pelaksanaan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung api
  • Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunung api
  • Melakukan peningkatan sumber daya manusia dan penduduknya, seperti peningkatan sarana dan prasarana

B. Mitigasi

Mitigasi adalah upaya mengurangi dampak buruk suatu ancaman. 

4 hal penting dalam mitigasi bencana:

  1. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana
  2. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat menghadapi bencana karena bermukim di daerah rawan bencana
  3. ⁠Mengetahui tindakan yang perlu dilakukan dan dihindari serta mengetahui cara penyelamatan diri jika terjadi bencana
  4. Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana
Tujuan utama dari mitigasi bencana:
  1. Mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya penduduk dan kerusakan SDA
  2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan
  3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi bencana 

C. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah menyusun rencana pengembangan sistem peringatan, pemeliharaan persediaan,  dan pelatihan personal.

Saat Bencana

Hal-hal yang dapat dilakukan saat terjadinya gunung api:

    • Membentuk tim gerak cepat
    • Meningkatkan pemantauan dan pengamatan dengan didukung oleh penambahan peralatan yang lebih memadai
    • Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur dan frekuensi pelapor sesuai dengan kebutuhan
    • Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur

    Hal-hal yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan diri: 
    • Menyelamatkan diri dan orang terdekat
    • Jangan panik
    • Untuk bisa menyelamatkan orang lain anda harus dalam kondisi selamat
    • Lari atau menjauh dari pusat bencana, tidak usah bawa barang
    • Jika gempa lari ketempat terbuka
    • Jika tsunami atau banjir bandang larilah ke tempat yang tinggi 
    ; Jika sesuai keberadaan kita:
    • Dalam Rumah
      • Jangan panik dan lari berlindung di bawah meja / tempat tidur
      • Jika tidak ada lindungi kepala dengan bantal / yang lainnya
      • Jauhi rak, lemari, jendela kaca
      • Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin akan runtuh 
    • Di luar ruangan
      • Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat listrik, papan reklame, pohon tinggi
      • Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka
    • Di dalam ruangan umum
      • Jangan panik dan lari karena kemukinan akan dipenuhi orang
      • Jauhi benda benda yang mudah tergelincir
      • Jika sedang berkendara segera berhenti ke tempat terbuka
      • Jangan berhenti di atas/bawah jembatan 

    Pascabencana (Sesudah Bencana)

    A. Pemulihan (Recovery) 

    Pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana yaitu dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula.

    Bantu Pemulihan Pasca Erupsi Gunung Semeru, Tim ERT Berau Coal Hadir Di  Lumajang - MAJALAH TAMBANG ONLINE

    B.⁠ ⁠Rehabilitasi (Rehabilitation) 

    Upaya yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat yaitu memperbaiki rumahnya, fasilitas umum, dan fasilitas sosial penting, serta menghidupkan kembali roda perekonomian.

    BNPB Bakal Rehabilitasi dan Rekontruksi Rumah Warga Terdampak Erupsi Gunung  Ruang | Nasional - Okezone.com

    C.⁠ ⁠Rekonstruksi (Reconstruction)

    Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial, dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.

    Muhadjir Tinjau Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascaerupsi Gunung Semeru -  www.indopos.co.id

    Hal-hal yang dapat dilakukan setelah terjadinya gunung api:

      • Menginventarisasi data yang mencakup sebaran dan volume hasil letusan
      • Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya
      • Memberikan saran penanggulangan bahaya
      • Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang
      • Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak
      • Menurunkan status kegiatan jika keadaan sudah menurun
      • Melanjutkan pemantauan secara rutin

      Studi Kasus

      A. Kasus Gunung Api Meletus di Indonesia

      Erupsi Gunung Merapi di Tahun 2010

      Merapi merupakan gunung api aktif, secara administratif terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah (meliputi Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Kabupaten Sleman). Secara geografis, Gunung Merapi terletak pada 7° 32,5′ lintang selatan 110° 26,5′ bujur timur dengan ketinggian puncak 2.980 meter (di atas permukaan laut, sebelum letusan 2010). Sekitar kurang lebih 40.000 jiwa bermukim di sekitar Gunung Merapi (sebelum letusan 2010), merupakan salah satu gunungapi aktif dan sering meletus, namun daerah kawasan rawan bencana letusan gunung api padat dengan pemukiman dan aktivitas penduduk.

      Besarnya energi letusan gunung api dinyatakan dalam satuan Volcanic Eruption Index (VEI). Energi letusan Gunung Merapi rata-rata VEI 2, letusan terbesar yang pernah tercatat berkisar VEI 3-4 (setara letusan tahun 2010), pada abad ke 19 terjadi pada tahun 1822, 1832, 1849, dan 1872, sedangkan pada abad ke 20 terjadi pada tahun 1930-1931 dan 1961. Salah satu bagian mitigasi bencana letusan gunungapi adalah peringatan dini. Peringatan dini aktivitas gunungapi mempunyai 4 tingkatan (Level): Normal (Level I), Waspada (Level II), Siaga (Level III), dan Awas (Level IV). 

      Letusan Merapi di tahun 2010 memang menjadi yang terbesar dalam 100 tahun terakhir. Bahkan saking besarnya, letusan itu tidak sepenuhnya terekam seismograf karena overscale. Bila letusan sebelum-sebelumnya menghasilkan awan panas yang mengalir turun dari puncak menuju lereng, pada letusan tahun 2010 material letusan membumbung tinggi. Material itu jatuh ke bumi dalam bentuk butiran bebatuan panas dengan berbagai macam ukuran. Tragisnya, hujan bebatuan itu jatuh tepat di sudut perkampungan yang ada di lereng barat daya dan selatan Gunung Merapi. Akibatnya, banyak orang meninggal, binatang ternak mati terpanggang, dan ratusan hektar lahan pertanian tertutup material Gunung Merapi. Diperkirakan kerugian materi dari meletusnya Gunung ini mencapai 4,23 triliun rupiah dan 60.000 korban.

      Erupsi Merapi dan Gambaran Dahsyatnya Letusan Gunung Berapi di Hari Kiamat  - Islami Liputan6.com


      Pada tahun 2010 ini, erupsi Merapi mengakibatkan kerusakan dan kerugian diberbagai sektor serta banyak korban jiwa yang berjatuhan khususnya di Kabupaten Boyolali. Setiap terjadi bencana akan dilakukan penilaian kerusakan dan kerugian. Penilaian kerusakan dan kerugian (DaLA) menggunakan metode ECLAC. Penilaian dampak bencana nantinya akan digunakan pada fase rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.

      Menurut BPPTKG, gejala peningkatan aktivitas Merapi terjadi mulai akhir tahun 2009, ditandai dengan munculnya swarm vulkanik pada tanggal 31 Oktober 2009.yang terulang kembali pada tanggal 9 Desember 2009. Swarm vulkanik kembali terjadi pada 10 Juni 2010, aktivitas kegempaan meningkat hingga 100 kali per hari. Tubuh Gunung merapi juga mengalami pembengkaan atau deformasi mencapai 15 cm per hari. Pada 20 September 2010, status aktivitas Merapi dari Normal dinaikkan menjadi Waspada. Kemudian pada 21 Oktober 2010 pukul 17.00 WIB, status merapi ditingkatkan dari Waspada menjadi Siaga oleh Kepala Balai Penyelidikan Dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY Subandrio.

      Suara gemuruh Merapi menggetarkan rumah-rumah warga, kegempaan terus meningkat hingga lebih 400 kali sehari dan deformasi mencapai 50 cm per hari. Akhirnya pada 25 Oktober 2010 pukul 06.00 WIB status aktivitas Merapi di naikan dari Siaga menjadi Awas oleh DR. Surono selaku Kepala PVMBG. Mulai Kamis pagi tanggal 04 Oktober 2010, warga sudah melihat Gunung Merapi yang mengalami tremor, suara dan getaran yang dihasilkan bisa dirasakan sampai berpuluh kilometer dari puncak Gunung Merapi. Pada malam hari abu dan kerikil mulai menghujani wilayah selatan Gunung Merapi.


      Foto Foto Epick Tragedi Erupsi Merapi 2010 - BorobudurNews


      Keputusan yang diumumkan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat khusus merupakan salah satu langkah tanggap darurat menyusul meluasnya dampak letusan Merapi. Presiden menyatakan, langkah ini diambil karena letusan Gunung Merapi diperkirakan masih terus berlanjut dan sulit diprediksi. 

      Hampir 60 orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka bakar serius dalam letusan terbaru Gunung Merapi. Jumlah korban diperkirakan masih akan bertambah karena tim SAR belum berhasil mencapai semua dusun di lereng gunung yang diterjang awan panas. 

      Presiden Yudhoyono juga memutuskan untuk mengerahkan personil TNI dan polisi untuk membantu evakuasi dan keperluan warga dan pengungsi Merapi. Tugas mereka antara lain mendirikan rumah sakit lapangan dan berbagai sarana pendukung. 

      Selain itu, pemerintah juga memutuskan akan membeli semua hewan ternak milik warga desa di sekitar lereng Merapi. Menurut Menko Kesra Agung Laksono, ini untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih besar setelah adanya laporan, banyaknya warga yang enggan mengungsi yang menjadi korban awan panas, karena menjaga ternak dan harta bendanya. 

      Letusan Merapi memaksa lebih dari 100 ribu warga mengungsi, setelah pemerintah memperluas zona bahaya menjadi 20 kilometer dari puncak Merapi. Sejumlah kampus di dekat Merapi seperti Universitas Islam Indonesia dan Universitas Gadjah Mada terpaksa meliburkan kegiatan perkuliahan, sementara para pakar memperingatkan erupsi masih bisa terjadi dalam beberapa pekan ke depan. 

      Satu Dasawarsa Erupsi Merapi: Merawat Ingatan Mitigasi Kebencanaan

      B. Kasus Gunung Api Meletus di Dunia

      Erupsi Gunung St. Helens di Tahun 1980

      1980 Eruption of Mount St. Helens


      Gunung St. Helens adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Skamania County, Washington, Amerika Serikat. Gunung ini adalah bagian dari Barisan Pegunungan Cascade dan dahulu pernah dikenal dengan nama Louwala-Clough (dari bahasa daerah yang berarti "gunung api atau berasap"). Gunung ini paling terkenal akan letusannya yang terjadi pada 18 Mei 1980. Letusan tersebut merupakan letusan gunung berapi terparah baik dari segi kekuatan letusan maupun kerugian ekonomi sepanjang sejarah Amerika Serikat. Terdapat 57 orang tewas dan puncak gunung berkurang dari 2.950 meter menjadi 2.550 meter. Lokasi letusan kini menjadi kawasan Monumen Nasional Gunung Berapi Gunung St. Helens.

      Mengenang Erupsi Gunung St. Helens 18 Mei 1980 dan Wisata Washington -  Travel Tempo.co

      Pada tanggal 27 Maret 1980, serangkaian ledakan gunung berapi dan aliran piroklastik dimulai di Gunung St. Helens di Skamania County, Washington, Amerika Serikat. Rentetan ledakan freatik terjadi dari puncak dan meningkat hingga terjadi letusan eksplosif besar pada tanggal 18 Mei 1980, pukul 08:32. Letusan yang memiliki indeks ledakan gunung berapi 5 ini merupakan yang pertama terjadi di Amerika Serikat sejak letusan Puncak Lassen yang jauh lebih kecil pada tahun 1915 di California. Letusan ini sering digambarkan sebagai letusan gunung berapi terkuat dalam sejarah AS.

      Dilansir terdapat sekitar 57 korban jiwa, kerusakan properti sekitar $1,1 miliar ($3,4 miliar pada tahun 2023), runtuhnya sisi utara gunung berapi, dan abu di sebelas negara bagian AS serta lima provinsi di Kanada. Letusan tersebut didahului oleh serangkaian gempa bumi dan pelepasan uap selama dua bulan yang disebabkan oleh injeksi magma pada kedalaman dangkal di bawah gunung berapi yang menciptakan tonjolan besar dan sistem retakan di lereng utara gunung. Gempa bumi yang terjadi pada pukul 08:32:11 pagi PDT (UTC−7) pada tanggal 18 Mei 1980. Gempa ini menyebabkan seluruh sisi utara yang melemah bergeser, mengakibatkan keruntuhan sektor yang merupakan tanah longsor subaerial terbesar dalam sejarah.

      Tanda Monumen Vulkanik Nasional Newberry Foto Stok - Unduh Gambar Sekarang  - Gunung berapi, Mercu tanda sejarah nasional, Monumen - iStock

      Hal ini memungkinkan batuan yang meleleh sebagian, kaya akan gas dan uap bertekanan tinggi, tiba-tiba meledak ke utara menuju Danau Spirit dalam campuran lava panas dan menghancurkan batuan tua tersebut, sehingga menyebabkan tanah longsor. Ratusan mil persegi menjadi lahan terlantar, menyebabkan kerusakan lebih dari $1 miliar (setara dengan $3,4 miliar pada tahun 2023), ribuan hewan terbunuh, dan Gunung St. Helens ditinggalkan dengan kawah di sisi utaranya. Pada saat terjadi letusan, puncak gunung berapi tersebut dimiliki oleh Burlington Northern Railroad. Namun setelah itu, pihak kereta api tersebut menyumbangkan tanah tersebut kepada Dinas Kehutanan Amerika Serikat. Kawasan tersebut kemudian dilestarikan di Monumen Vulkanik Nasional Gunung St. John. Yohanes. 


      source:


      Yogyakarta / 23 Mei 2024

      Komentar