Gunung Api Meletus
GUNUNG API MELETUS
Definisi Gunung Meletus
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gunung meletus adalah aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.
Sedangkan menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi dari dalam bumi seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas, lahar dingin, magma, dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya bisa diprediksi waktunya sehinggi korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.
Jadi, dapat kita artikan bahwa gunung meletus adalah sebuah bencana alam di mana aktivitas gunung yang mengeluarkan materi-materi seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas, lahar dingin, magma, dan yang lainnya. Gunung meletus juga dikenal dengan istilah "erupsi".
Jenis dan Karakteristik Gunung Api
Kerucut (Strato)
Gunung api strato berbentuk runcing. Bentuk gunung api ini terjadi akibat adanya tumpukan berlapis bahan–bahan piroklastika yang dikeluarkan ketika erupsi magma. Gunung api ini berbentuk seperti kerucut. Puncak gunung api ini semakin lama semakin tinggi karena endapan erupsi lava dan bahan piroklastik dari kawah gunung. Jenis gunung api strato mengalami letusan yang berkali-kali dengan dapur magma yang dalam dan viskositas serta kekentalan magma tinggi. Contohnya adalah Gunung Merapi dan Gunung Tangkuban Perahu.
Gunung api tipe strato ini memiliki letusan aliran lova kental tephra dan aliran piroklostik yang disebut stratovolcano. Biasanyo lava ini terbentuk dalam jangka waktu puluhan hingga ratusan ribu tahun, gunung api strato dapat meletuskan berbagai jenis magma termasuk bosal, andesit, dasit, dan riolit.
Semuanya, kecuali basal biasanya menghasilkan letusan yang sangat eksplosif. Sebuah stratovolcano biasanya terdiri dari banyok ventilasi terpisch. Beberapa di antaranya mungkin telah meletuskan kerucut dan kubah cinder di sisi gunung berapi. Sinonimnya adalah gunung berapi komposit.
Kaldera (Caldera)
- Kaldera Letusan, terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya
- Kaldera Runtuhan, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunung api karena pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma
- Kaldera Resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunung api diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah
- Kaldera Erosi, terjadi akibat erosi terus menerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera
Mar (Maar)
Gunung api maar terjadi karena letusan gunung berapi hanya terjadi satu kali. Akibat letusan tersebut, sebuah lubang berbentuk corong besar yang dikelilingi tebing berombak jika terjadi erupsi. Jika dasar dan dinding maar tidak bisa ditembus oleh air, maka membentuk danau yang disebut danau maar. Contohnya adalah Gunung Lamongan dan Pegunungan Eifel.
Kubah (Dome)
Perisai (Shield)

Persebaran Gunung Api
Data yang dikeluarkan PVMBG terdapat 129 gunung berapi yang tersebar di Indonesia. Jumlah sebaran gunung berapi di Indonesia yaitu:
- Terdapat 31 gunung berapi di Sumatera
- Terdapat 35 gunung berapi di Jawa
- Terdapat 2 gunung berapi di Bali
- Terdapat 1 gunung berapi di Bali
- Terdapat 2 gunung berapi Sumbawa
- Terdapat 24 gunung berapi Flores
- Terdapat 9 gunung berapi di Laut Banda
- Terdapat 13 gunung berapi di Sulawesi
- Terdapat 5 gunung berapi di Kepulauan Sangihe
- Terdapat 7 gunung berapi di Halmahera
Dalam kesehariannya gunung berapi selalu dipantau dengan tingkat kegiatannya, terdapat 4 level kategori dalam mengklasifikasi kegiatan gunung berapi, yaitu:
- Aktif Normal (Level I) : kegiatan gunung berapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan.
- Waspada (Level II) : terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.
- Siaga (Level III) : peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan
- Awas (level IV) : menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.
Risiko Bencana
Dampak Negatif
- Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau Particulate Matter).
- Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
Dampak Positif
- Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk mendapat pasir di pinggiran aliran lahar dingin.
- Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan tanah, namun dampak ini hanya dirasakan oleh penduduk sekitar gunung.
- Bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan sebagai bahan material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan lain-lain.
Siklus Manajemen Bencana
Prabencana (Sebelum Bencana)
A. Pencegahan
Pencegahan adalah kegiatan sebagai upaya menghilangkan atau mengurangi ancaman bencana.
Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya gunung api:
- Pemantauan dan pengamatan pada saat gunung api aktif
- Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana dan peta zona risiko bahaya gunung api
- Pelaksanaan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung api
- Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunung api
- Melakukan peningkatan sumber daya manusia dan penduduknya, seperti peningkatan sarana dan prasarana
B. Mitigasi
Mitigasi adalah upaya mengurangi dampak buruk suatu ancaman.
4 hal penting dalam mitigasi bencana:
- Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana
- Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat menghadapi bencana karena bermukim di daerah rawan bencana
- Mengetahui tindakan yang perlu dilakukan dan dihindari serta mengetahui cara penyelamatan diri jika terjadi bencana
- Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana
- Mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya penduduk dan kerusakan SDA
- Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi bencana
C. Kesiapsiagaan
Saat Bencana
Hal-hal yang dapat dilakukan saat terjadinya gunung api:
- Membentuk tim gerak cepat
- Meningkatkan pemantauan dan pengamatan dengan didukung oleh penambahan peralatan yang lebih memadai
- Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur dan frekuensi pelapor sesuai dengan kebutuhan
- Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur
- Menyelamatkan diri dan orang terdekat
- Jangan panik
- Untuk bisa menyelamatkan orang lain anda harus dalam kondisi selamat
- Lari atau menjauh dari pusat bencana, tidak usah bawa barang
- Jika gempa lari ketempat terbuka
- Jika tsunami atau banjir bandang larilah ke tempat yang tinggi
- Dalam Rumah
- Jangan panik dan lari berlindung di bawah meja / tempat tidur
- Jika tidak ada lindungi kepala dengan bantal / yang lainnya
- Jauhi rak, lemari, jendela kaca
- Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin akan runtuh
- Di luar ruangan
- Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat listrik, papan reklame, pohon tinggi
- Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka
- Di dalam ruangan umum
- Jangan panik dan lari karena kemukinan akan dipenuhi orang
- Jauhi benda benda yang mudah tergelincir
- Jika sedang berkendara segera berhenti ke tempat terbuka
- Jangan berhenti di atas/bawah jembatan
Pascabencana (Sesudah Bencana)
A. Pemulihan (Recovery)

B. Rehabilitasi (Rehabilitation)

C. Rekonstruksi (Reconstruction)

Hal-hal yang dapat dilakukan setelah terjadinya gunung api:
- Menginventarisasi data yang mencakup sebaran dan volume hasil letusan
- Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya
- Memberikan saran penanggulangan bahaya
- Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang
- Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak
- Menurunkan status kegiatan jika keadaan sudah menurun
- Melanjutkan pemantauan secara rutin
Studi Kasus
A. Kasus Gunung Api Meletus di Indonesia
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4354779/original/013590300_1678524673-Gunung_Merapi_Erupsi-1.jpg)
Suara gemuruh Merapi menggetarkan rumah-rumah warga, kegempaan terus meningkat hingga lebih 400 kali sehari dan deformasi mencapai 50 cm per hari. Akhirnya pada 25 Oktober 2010 pukul 06.00 WIB status aktivitas Merapi di naikan dari Siaga menjadi Awas oleh DR. Surono selaku Kepala PVMBG. Mulai Kamis pagi tanggal 04 Oktober 2010, warga sudah melihat Gunung Merapi yang mengalami tremor, suara dan getaran yang dihasilkan bisa dirasakan sampai berpuluh kilometer dari puncak Gunung Merapi. Pada malam hari abu dan kerikil mulai menghujani wilayah selatan Gunung Merapi.

Keputusan yang diumumkan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat khusus merupakan salah satu langkah tanggap darurat menyusul meluasnya dampak letusan Merapi. Presiden menyatakan, langkah ini diambil karena letusan Gunung Merapi diperkirakan masih terus berlanjut dan sulit diprediksi.
Hampir 60 orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka bakar serius dalam letusan terbaru Gunung Merapi. Jumlah korban diperkirakan masih akan bertambah karena tim SAR belum berhasil mencapai semua dusun di lereng gunung yang diterjang awan panas.
Presiden Yudhoyono juga memutuskan untuk mengerahkan personil TNI dan polisi untuk membantu evakuasi dan keperluan warga dan pengungsi Merapi. Tugas mereka antara lain mendirikan rumah sakit lapangan dan berbagai sarana pendukung.
Selain itu, pemerintah juga memutuskan akan membeli semua hewan ternak milik warga desa di sekitar lereng Merapi. Menurut Menko Kesra Agung Laksono, ini untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih besar setelah adanya laporan, banyaknya warga yang enggan mengungsi yang menjadi korban awan panas, karena menjaga ternak dan harta bendanya.
Letusan Merapi memaksa lebih dari 100 ribu warga mengungsi, setelah pemerintah memperluas zona bahaya menjadi 20 kilometer dari puncak Merapi. Sejumlah kampus di dekat Merapi seperti Universitas Islam Indonesia dan Universitas Gadjah Mada terpaksa meliburkan kegiatan perkuliahan, sementara para pakar memperingatkan erupsi masih bisa terjadi dalam beberapa pekan ke depan.

B. Kasus Gunung Api Meletus di Dunia
Erupsi Gunung St. Helens di Tahun 1980
1980 Eruption of Mount St. Helens


Yogyakarta / 23 Mei 2024








Komentar
Posting Komentar